Jumat, 08 November 2013

Kecantikan dalam Al-Qur'an

Kecantikan dalam Al-Qur'an

Di dalam buku, Mu'jam Alfåzh al-Qur'ân al-Karîm 'Ensiklopedi Kata-kata al-Qur'an al-Karim', jilid pertama yang dikeluarkan oleh Majma' al-Lugah al-Arabiyyah (Dewan Baiasa Arab), disebutkan bahwa kecantikan berarti keanggunan, kehalusan, dan keelokan.

Ada juga yang mengartikan kecantikan sebagai suatu keadaan indrawi (kasadmata) atau maknawi yang indah yang mengajak untuk menerima secara baik dari hal-hal yang mendorong jiwa untuk menyukai dan mencintainya.

Kecantikan tidak hanya ada pada umat manusia saja. Sebab, kecantikan ini juga berlaku di alam, termasuk didalamnya hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dan tidak jarang kecantikan dan keindahan itu ada dalam ucapan, perbuatan, makna, dan berbagai hal lainnya yang berkaitan dengan akhlak dan tabiat.

Kecantikan dalam kacamata Islam
Islam yang hanif adalah agama yang menyeru kepada kecantikan maknawi, yaitu kecantikan ruh, jiwa, akhlak, dan tabiat.

Karena itu, wajar bila Al-Qur'an Al-Karim tidak menyebut kecantikan wajah atau penampilan fisik, laki-laki maupun perempuan, kecuali hanya dua kali saja. Pada penyebutan pertama, Allah memperingatkan kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW agar tidak tertipu oleh penampilan fisik orang-orang munafik, karena sering kali penampilan fisik tidak banyak menginformasikan tentang esensi.

Firman Allah,
Quote Quote
"Apabila kamu melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan tutur katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersdandar" (QS. Al-Munâfiqûn 63 : 4).
Penyebutan kedua tentang kecantikan atau keindahan oleh Al-Qur'an terdapat dalam sebuah ayat, dimana Allah berseru kepada Rasul-Nya.

Firman Allah,
Quote Quote
"Tidak halal bagimu (Muhammad) menikahi wanita-wanita (lain) sesudah itu, dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu, kecuali wanita-wanita (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu" (QS. Al-Ahzâb 33 : 52).
Maksud kata "kecantikan mereka" adalah keindahan penampilan wanita dan kecantikan wajah mereka, atau kecantikan postur tubuh mereka secara umum.

Al-Hasan dan asy-Sya'abi mengatakan, kecantikan yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat ini adalah kecantikan yang tersirat pada wajah wanita bangsawan Quraisy yang bernama Asma binti Amis.

Asma binti Amis adalah istri Ja'far bin Abu Thalib. Dia ditinggal suaminya mati syahid. Kecantikan wanita ini cukup terkenal dikalangan kaumnya. Oleh karena itu, Rasulullah berkeinginan untuk menikahinya setelah berhasil memperdalam keimanan wanita itu. Beliu begitu terpesona oleh kecantikannya. Tapi, Allah melarang beliau menceraikan salah seorang istrinya supaya bisa menikahi Asma.

Tapi, ketika Allah menyebut cantik "hisân" dalam Al-Qur'an, Dia hanya menyebutkannya sebagai sifat bidadari.

Quote Quote
"Didalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan jelita" (QS. Ar-Rahmân 55 : 70)
Meski demikian, kecantikan "hisân" didahului oleh kebaikan "khairât" agar menjadi pelajaran bagi kita bahwa seorang wanita yang baik, yakni wanita yang memiliki sifat baik, lebih baik daripada wanita yang memiliki kecantikan fisik semata.

Secara ringkas dapat dikatakan, Allah tidak memberi patokan khusus dan mendasar bagi kecantikan lahir (fisik), pada wanita maupun pria.

Mengenai makna ini, Rusulullah SAW bersabda,
Quote Quote
"Susungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian" (HR. Muslim, Ahman, dan Ibnu Majah).
Kecantikan jiwa lebih utama daripada kecantikan fisik.
Bila surah Yûsuf dibaca, orang-orang akan teringat akan Nabi Yusuf, yang memiliki ketampanan yang hampir tidak dimiliki orang lain.

Beberapa orang sejarahwan menegaskan bahwa Yusuf mewarisi ketampanan dari neneknya, Sayyidah Sarah, istri Ibrahim.

Yusuf pertama kali masuk Mesir pada tahun 1600 SM. Pada saat itu yang menjadi raja Mesir adalah seorang dari kaum Amalek, sebagaimana yang disebutkan oleh sejarahwan. Di antara raja-raja lalim itu terdapat seorang raja yang memerintahkan pengawal kerajaan untuk memanggil Sayyidah Sarah ketika dia mendengar kecantikannya yang menawan.

Sarahpun berangkat ke istana raja dan mengaku bahwa dirinya adalah saudara perempuan Ibrahim, bukan istrinya. Ketika raja lalim ini menjulurkan tangannya ke arai Sayyidah Sarah, tiba-tiba Allah menjadikan tangan raja itu lumpuh hingga mengering. Raja itu terus berusaha menjulurkan tangan untuk kedua dan ketiga kalinya, tapi Allah menjadikan tangannya tetap lumpuh. Sebelum raja itu mengetahui adanya Sayyidah Sarah, dia sudah mengundang seorang pemahat paling piawai ke istana dan meminta kepadanya untuk membuatkan patung wajah Sayyidah Sarah.

Ada juga yang mengatakan bahwa di kemudian hari Yusuf bersaksi tentang kemiripan antara wajahnya dengan wajah neneknya, Sayyidah Sarah, untuk membuktikan bahwa dia termasuk keturunan Ibrahim.

Oleh karena itu, salah bila ada orang yang menggambarkan ketampanan Nabi Yusuf hanya terbatas kepada ketampanan wajah, keelokan fisik, atau keserasian seluruh anggota tubuhnya.

Sebenarnya yang membuat ketampanan Yusuf tampak bersinar kemilau adalah keluhuran spiritual, kebeningan jiwa, serta pewarnaan yang telah dianugerahkan Allah berupa kesucian diri dan penolakannya terhadap perbuatan maksiat, apapun bentuknya.

Sifat-sifat maknawi inilah yang bekerja untuk menyiapkan Yusuf dengan cahaya al-mala' al-a'la, sebagaiman yang dikatakan oleh Syaikh Allamah Muhyiddin bin Arabi. Sifat-sifta spiritual dan maknawi yang terdapat dalam diri Yusuf inilah yang menambah ketampanannya semakin berkilau, sehingga para wanita menyebut dirinya sebagai "malaikat muda" ketika istri al-Aziz, Zulaikha meminta Yusuf menemui mereka.

Firman Allah,
Quote Quote
"Ketika wanita-wanita itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai (jari) tangannya sendiri seraya berkata, 'Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia" (RS. Yûsuf 12 : 31).
Jika ketampanan Yusuf itu hanya terbatas pada ketampanan wajah atau keelokan penampilannya secara umum tanpa ada ketampanan ruh dan ketinggian tabiatnya, niscaya ketampanannya sangat tidak berarti apa-apa, dan wanita-wanita itu tidak akan menyebut dirinya malaikat muda.

Sesungguhnya ketampanan atau kecantikan - sekedar ketampanan dan kecantikan semata - jika tidak dibarengi dengan keelokan ruh, keindahan akhlak dan karakter, hanya akan menjadi penyebab kesengsaraan bagi pemiliknya.

Sementara itu, masyarakat akan diliputi oleh berbagai tragedi menyengsarakan dan menyakitkan yang disebabkan oleh kecantikan atau ketampanan seseorang, jika mereka tidak berpegang teguh pada prinsip-prinsip kemuliaan dan keutamaan di satu sisi, serta menyia-nyiakan dan menyalahgunakannya demi kepentingan penampilan duniawi yang tidak abadi, juga kebih mementingkan kesenangan hina yang diikuti penyesalan pahit, di sisi yang lain.

Kecantikan dan keindahan lahir laksana keindahan bunga-bunga yang segera layu dan mengering beberapa saat setelah mekar, meskipun pemiliknya sudah berusaha keras untuk merawat dan memeliharanya.

Sedangkan kecantikan atau ketampanan ruh akan bertambah anggun dan bercahaya setiap kali pemiliknya berusaha merawat dan memeliharanya. Dan akan terus bertambah bersinar terang setiap kali pemiliknya berusaha memperbaiki, memurnikan, membersihkan, dan meninggikannya.

Diantara sabda Rasulullah,
Quote Quote
"Hendaklah kalian menjauhi Khadra' Ad-Diman".
Seorang sahabat bertanya,
Quote Quote
"Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan khadara' ad-diman?".
Rasulullah menjawab,
Quote Quote
"Yaitu wanita cantik yang tumbuh di tempat yang buruk".
Sifat-sifat mulia pendukung kecantikan wanita.
1. Sabar
Islam sebagai agama yang lurus sangat memerhatikan sekaligus memberi tempat yang tinggi bagi makna keagungan ruh manusia. Oleh karena itu, dalam Al-Qur'an Allah Yang Maha Terpuji menyebut ketampanan atau kecantikan ini diiringi dengan sifat-sifat maknawi dalam diri manusia. Allah menggambarkan kesabaran Ya'qub sebagai kesabaran yang baik.

Kesabaran yang baik adalah kesabaran seseorang yang tidak diiringi dengan keluh kesah. Kesabaran tanpa pengaduan kepada orang lain atas apa yang menimpanya, karena pengaduannya hanya dipanjatkan kepada Allah semata.

Allah yang memiliki hikmah yang begitu agung telah berfirman melalui lisan Nabi Ya'qub kepada anak-anaknya setelah mereka menyampaikan sebuah kebohongan bahwa Yusuf telah dimakan srigala.

Fiman Allah,
Quote Quote
"Mereja datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Ya'qub berkata, 'Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya sabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan" (QS. Yûsuf 12 : 18).
Kesabaran terhadap berbagai hal yang tidak disukai merupakan sifat-sifat maknawi yang luhur, yang jika digunakan oleh manusia sebagai hiasan, niscaya akan memperdalam keimanannya kepada Allah. Hingga akhirnya akan bertambah pula ketampanan atau kecantikan ruhnya.

Seorang wanita yang menghiasi diri dengan kesabaran dan keimanan, akan menjadi semakin cantik dimata suaminya. Sebab, mustahil bila kehidupan sebuah keluarga terlepas dari masalah, benturan dan cobaan. Jika seorang wanita kurang sabar, dia akan mudah mengeluh dan bahkan puus asa saat harus menghadapi satu permasalahan hidup. Padahal seorang wanita yang banyak mengeluh dan cepat gusar akan menyebabkan kehidupan keluarga dan suaminya menjadi seperti neraka. Wanita seperti ini meski dianugerahi kecantikan fisik, tapi telah merampas dan mencampakkan salah satu syarat pokok dan karakteristik utama dari kecantikan, yaitu perasaan lega dan suka orang lain padanya. Dengan siftanya yang suka mengeluh, mengadu, guncang, dan gelisah, dia akan membuat orang-orang terdekatnya menjauh darinya dan mengucilkannya, bahkan akan mendorong mereka sebisa mungkin untuk menghindari pertemuan dengannya dalam waktu yang lama.

Karena itulah "sabar" dan derivasinya disebutkan lebih dari 90 kali di dalam Al-Qur'an.

Mengenai sifat sabar ini, Rasulullah telah bersabda,
Quote Quote
"Kedudukan sabar pada iman sama seperti kedudukan kepala pada tubuh".

"Kesabaran adalah setengah keimanan".

"Tidak ada seorangpun yang dianugerahi karunia baik yang lebih luas dari kesabaran" (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi).
Kesabaran yang disertai dengan keimanan merupakan sifat semua Nabi dan para Rasul. Nabi Yusuf telah bersabar atas perlakuan kasar saudara-saudaranya ketika mereka menceburkannya ke dalam sumur. Kemudian orang-orang menjualnya sebagai hamba sahaya.

Rasulullah Muhammad SAW memiliki kesabaran agung atas penyiksaan orang-orang musyrik.

2. Pemaaf
Perbuatan lainnya yang digambarkan oleh Allah berkenaan dengan ketampanan atau kecantikan adalah sikap suka memberi maaf. Memberi maaf yang baik adalah sebuah pemberian yang tidak disertai dengan celaan, cercaan, cemoohan, dan hardikan.

Firman Allah,
Quote Quote
"Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, melaikan dengan benar. Sesungguhnya saat (Kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik" (QS. Al-Hijr 15 : 85).
Dalam menafsiri ayat ini, Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Yang dimaksud memberi maaf dengan cara yang baik adalah pemberian maaf tanpa disertai cemoohan".

Wanita yang memiliki sifat pemaaf, akan menjadi orang yang dicintai di tengah-tengah keluarganya. Karena kehidupan rumah tangga tidak mungkin terlepas dari masalah. Kaku dalam berendapat, kasar dalam bersikap, dan tidak kenal toleransi akan membuat hubungan dengan suaminya menjadi agak renggang.

Seorang wanita yang suka memberi maaf dengan cara yang baik akan menambah kecantikannya di mata suami, sehingga cinta mereka berdua tumbuh jernih mengagumkan. Pemberian maaf dengan cara baik akan menghilangkan noda yang terkadang mengenai inti kecantikannya yang manis.

Sekian ulasan singkat ini, oleh sebab manusia merupakan makhluk tidak sempurna, karenanya apabila pada ulasan diatas terdapat kesalahan kiranya tolong diluruskan dan dibenarkan. Terima kasih .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar